More Than 1000 Words

More Than 1000 Words

(Fatimah: Economy teacher MYP-High School Al Firdaus)

Bu Fattt…Entah di whatsapp entah panggilan langsung oleh anak-anak merupakan panggilan yang membahagiakan. Selalu ada senyum dan effort tersendiri ketika mendengar atau membaca kata itu. Artinya aku dibutuhkan mereka untuk teman cerita. Mulai dari cerita masa laluku, masa lalu mereka, keluarga, teman-teman, sekolah, pergaulan, hingga masalah dewasa. Ya, mereka butuh didengarkan apa yang mereka pikirkan, butuh mendengarkan apa yang mereka perlukan.

Anak di usia SMP-SMA merupakan masa yang penting dalam menjemput masa dewasa. Masa yang menjembatani masa anak-anak dan masa dewasa. Bisa dibilang masa nanggung. Dibilang dewasa, belum. Dibilang anak-anak, sudah lewat. Inginnya diperlakukan seperti anak gedhe, tapi pikiran belum sampai. Masa di mana orang tua menganggap mereka sudah gedhe, sehingga apa-apa supaya dipikirkan dan dirasakan sendiri, padahal sebenarnya mereka tetap butuh diperhatikan tapi tidak berlebihan.

Masaku mendekati anak-anak ketika ditugaskan menjadi guru asuh, 9 tahun yang lalu. Waktu itu menjadi guru asuh kelas 7 di angkatan sembilan bersama pak Anto dan bu Siti Asiyah. Menjadi guru asuh itu amanah yang merupakan kombinasi dari peran wali kelas, guru mapel, guru BK, orang tua, dan teman. Mau tidak mau, suka tidak suka, guru asuh harus memahami anak berdasarkan latar belakang dan kebiasaan keluarga untuk bisa memasuki dunianya dan membawa mereka ke dunia kita (dewasa dan teratur). Ketika angkatan sembilan naik ke kelas 8, aku diamanahi di bidang kurikulum, sehingga tidak menjadi guru asuh mereka lagi. Belum tuntas menyelami anak-anak, sudah harus melepaskan.

Dengan regulasi yang baru, struktural boleh merangkap jadi guru asuh dan guru mapel tentunya. Aku diamanahi menjadi guru asuh kelas 7 angkatan sewelas (sebelas) bersama bu Mish dan pak Udin, dengan syarat semua amanah dapat berjalan beriringan dan seimbang. Dekat dengan anak-anak adalah hal yang membahagiakan, maka kesempatan itu ku ambil. Pagi sampai sore untuk menemani anak anak dengan mengajar dan menjadi guru asuh. Mendengarkan keluh kesah dan kisah mereka. Kisah sedih, lucu, asmara, keluarga, guru, teman mereka ceritakan sesuka mereka sampai puas bercerita. Kalau tidak ada kisah yang diceritakan, aku yang bercerita. Ketika anak-anak sudah pulang, saatnya aku mengerjakan amanah kurikulum sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Aku akan pulang ketika sudah puas bekerja hari itu, ada atau tidak ada teman di sekolah. Bagiku, tugas hari itu harus selesai hari itu supaya tidak membebani esok harinya.

Bersyukur aku bisa mendampingi anak-anak angkatan sebelas tumbuh dan berkembang dari kelas 7 sampai kelas 12. Sesuai konsep guru asuh di Al Firdaus yakni menjadi orang tua kedua dari masuk sampai lulus. Masih dan bahkan tertancap di ingatanku, kelas 7 mereka masih lucu-lucu menggemaskan. Bahkan masih ada yang menangis, karena memang baru lulus dari SD.

Kelas 8, masing-masing pribadi mulai menampakkan diri, mencoba hal-hal baru di masa SMP, mulai muncul virus merah jambu, mulai bisa berargumen denganku. Kelas 9, aku berdua dengan bu Mish karena pak Udin pindah tugas harus menghadapi masa di mana semakin terasa aura “pemberontakan”, tidak mau disebut anak mama, semangat ingin jadi diri sendiri semakin besar, bahkan tidak jarang muncul persaingan. Tapi hanya sebentar, semester 2 sudah terkondisikan.

Kelas 10, anak-anak mulai makin care dengan teman, bahkan merelakan “yang dicintai” demi bisa akrab dengan teman. Kelas 11, sudah bener bener merasa satu keluarga, mudah sekali diarahkan. Kelas 12, puncak bahagianya guru asuh atau home room teacher (HRT), anak bergerak dengan minim komando. Angkatan yang tak kan tergantikan. Setelah angkatan sebelas lulus, rasa kehilangan begitu besar. Apakah kelak ada anak-anak yang seperti mereka? Yang menyenangkan kapan saja.

Juli 2021, amanah baru menjadi HRT mendampingi angkatan dua belas, biasa disebut Dinasti Rolas. Angkatan yang bertemu di tahun terakhir mereka di Al Firdaus. Masa penting untuk persiapan ujian, pembuatan buku kenangan, kelulusan dan persiapan pendidikan di jenjang berikutnya.

Menuntut diri untuk lebih cepat beradaptasi dengan belajar mamahami. Ya, memahami dengan cara menemani dan mendengarkan kisah pribadi, teman, maupun keluarga dan harapan-harapannya. Apapun keinginan yang baik buat mereka, sebisa mungkin aku menemaninya. Alhamdulillah caraku itu membuat mereka mudah menerimaku. Dengan diketui mas kadin (ketua dinasti), Raka, anak-anak semakin mudah diarahkan. Bian sebagai wakadin, Sheila sebagai sekdin dan Keyla sebagai keuangan berkolaborasi apik bersama kadin mengelola dinasti.

Agustus 2021, mulai melirik anak-anak yang mau didampingi lomba sebagai bekal masuk perguruan tinggi. Pilihan pertama jatuh ke Nayla, Aqila, dan Asty kelas 10 IPS di lomba essay Ekonomi Tingkat Nasional. Bimbingan dilaksanakan online dan offline karena kondisi belum memungkinkan 100% offline. Untuk merilekskan anak-anak, selalu ada sharing time setelah jam bimbingan berakhir. Sharing itu membuka hal kurang mengenakkan pada masing-masing anak. Membuka wawasan, saling menyemangati, saling sayang satu sama lain. Alhamdulillah berhasil masuk finalis 10 besar se Indonesia. Di masa persiapan final, muncul lagi tawaran lomba Ekonomi Syariah.

Banna, Satya dan Iqbal menjadi siswa terpilih berikutnya. Hal yang sama juga diperlakukan untuk mereka yaitu sharing time. Meski laki-laki, ternyata banyak juga hal yang bisa di sharing-kan. Modalku adalah listening mindfully, mendengarkan dengan telinga, mata, hati dan pikiran. Alhamdulillah anak-anak mudah diarahkan meski harus mengejar materi kelas 10 sampai 12. Bagiku kebahagiaan mereka itu penting, makanya harus dikasih hal hal yang membahagiakan, di antaranya adalah jajan dan bertukar pikiran. Meski untuk yang Ekonomi Syariah belum lolos final.

Lomba Akuntansi Tingkat Nasional, anak-anak yang siap maju adalah Satya, Nayla, dan Aisyah. Dengan berbekal semangat mereka, dengan mudahnya belajar akuntansi yang sebenarnya baru mereka dapatkan di kelas 11 semester 2. Satya berhasil masuk semifinalis, sedangkan Nayla dan Aisyah terhenti di penyisihan awal. Bukan sempurna yang kuminta, yang penting mereka mau berusaha.

Meski event lomba di semester 1 telah usai, kebiasaan sharing time terus berlanjut. Entah tentang masalah pribadi mereka, organisasi, sekolah, guru-gurunya, teman ataupun masalah dengan diri mereka sendiri. Entah bertemu langsung atau chat atau panggilan video maupun zoom, bisa mereka lakukan ke 081548760438. Mereka tu tidak butuh dinasehatin saja atau bahkan dimarahi. Mereka butuhnya didengarkan, dinasehati secara baik-baik, dan ditemeni. Itu yang diterapkan ke mereka. Alhamdulillah sering menjadi prioritas jika muncul masalah. Saking asyiknya cerita, 2 jam tak terasa. Endingnya adalah senyum mereka.

Alhamdulillah ya Allah, terima kasih Al Firdaus, memberiku bukan hanya pekerjaan, kesejahteraan, tapi juga kepercayaan, keluarga dan cinta. Tak cukup kata untuk menggambarkan betapa bersyukurnya di Al Firdaus. More than 1000 words.