Menimba Ilmu Ke Negeri Seberang

Menimba Ilmu Ke Negeri Seberang


(Muhammad Isa Anis- Siswa Grade 9 MYP Al Firdaus)

Elektronika, salah satu kata yang sangat ku sukai. Walaupun memang ilmu itu agak susah dan harus teliti tetapi aku yakin aku bisa. Buktinya aku sering berhasil membuat benda-benda elektronik yang bisa membantu tugas manusia. Ini yang kusebut robot.

Sejak usia 3 tahun, aku sudah mengikuti kursus robot. Awalnya saat itu aku memenangkan lomba balita cerdas juara pertama. Salah satu hadiah lombanya adalah vocher kursus robot untuk balita. Aku sangat menyukai kursus tersebut.

Begitu kursus tersebut selesai, aku lanjutkan untuk kursus robot untuk SD. Saat itu aku ambil semua program, agar aku bisa buat beberapa robot yang bisa bantu tugas manusia. Di kelas 3 aku ikut lomba robot beberapa kali ke luar kota. Aku selalu masuk 10 besar. Robot semakin menjadi candu untukku. Aku benar benar menyukai mesin-mesin ini. Aku juga suka IT. Aku beberapa kali ikut lomba kaligrafi dengan komputer. Aku juga suka sekali dengan yang ini.

Saat kelas 5, aku di tantang lomba robot di Jakarta. Kemudian team kami berlanjut sampai ke luar negeri. Osaka Jepang saat itu yang menjadi tujuan utamaku. Dua lomba terakhir ini di fasilitasi oleh Al Firdaus. Aku sangat bahagia di saat itu, aku sadar sekolahku bisa mengembangkan bakat dan cita-citaku. Andai tidak di Al Firdaus, mungkin keinginan itu hanya jadi cerita dalam cerpen-cerpenku. Banyak yang aku dapat dari perjalanan ke seberang itu. Semua sangat menarik. Penasaran tidak dengan cerita selanjutnya? Jika tidak penasaran sih sayang banget, karena cerita selanjutnya bakal seru. Yuk ikuti kelanjutannya.

Jadi pada hari itu, tiba-tiba muncul keinginan kuat dalam hatiku mengembang diri. Pelajaran akademik kadang membuatku bosan juga, aku butuh sesuatu yang lain. Aku juga suka menulis, pernah aku jadi finalis KKPK saat kelas 4. Rasanya energiku masih berlebih, sehingga aku ingin belajar membuat robot. Untungnya orang tua dan sekolahku sangat mendukung. Mulailah ku tekuni hobi ini.

Bak gayung bersambut, tiba-tiba di kelas 4 akhir sekolah mengadakan pertemuan dengan beberapa siswa yang gemar robot. Saat awal yang mengikuti banyak siswa. Kemudian mulailah satu persatu teman keluar dari Pertemuaan siswa itu. Karena memang robot merupakan hobi yang mahal. Untuk satu robot harganya bisa dari Rp. 500.000 sampai jutaan rupiah. Tetapi aku tetap mengikuti pelatihan-pelatihan ini, walaupun belum tentu orang tuaku bisa membiayai pembelian robot. Yang terpikir dalam otakku, yang penting aku ambil ilmu sebanyak-banyaknya dulu dari pelatihan ini, yang kebetulan beda dengan kursus yang aku ikuti.

Latihan demi latihan semakin membuatku semakin mencintai elektronik ini. Aku jadi lebih punya banyak waktu mengutak-atik benda ini. Semangatku yang membara menular ke adikku, ia yang selalu mengikuti latihan-latihanku juga jadi suka benda ini. Kami berdua sering berdiskusi smapai malam itu menjalankan robot dengan baik. Semangaat kami berdua ternyata diapresiasi oleh orang tuaku. Mereka akhirnya membelikan robot ini. Walau satu robot untuk berdua tapi kami sangat suka sekali.

Sampailah pada ide untuk ikut latihan ke Jepang itu. Setelah beberapa kali menang lomba di Indonesia. Tentu saja aku bahagia karena ini mimpiku. Alhamdulillah, Al Firdaus yang aku cintai ini ternyata juga mencintaiku. Buktinya ia balas cintaku sebesar cinta yang sama. Orang tua pun akhirnya berjuang untuk bisa mewujudkan mimpi itu karena cukup dana besar untuk bisa memberangkatkan kami berdua.

Pengorbanan demi pengorbanan ayah dan ibuku aku ketahui. Dalam hati aku berjanji akan membalas pengorbanan mereka. Tak akan kusia-siakan kesempatan ini. Alhamdulillah Bunda Eni mendukung cita itu. Beliau bukan saja menyiapkan tim untuk mensukseskan acara ini tapi beliau sendiri juga ikut ke Jepang . Beliau akan mendampingi kami di hari lomba. Aku tentu saja semakin semangat. Aku tidak boleh mengecewakan beliau juga.

Sebelum berangkat ke Jepang kami mendapat banyak konseling, mulai dari kenseling psikologi, ikut hipnoterapi, menemui para pejabat dan terakhir dan teramat penting kami menemui pendiri Al Firdaus, Eyang Aminah. Mengenal figur beliau kami jadi semakin kagum. Gambaran seorang penganut Islam yang kuat dan bersahaja tergambar di depanku. Beliau orang yang sangat tulus. Tak heran beliau melahirkan Bunda Eni yang juga tulus. Al Firdaus salah satu bukti ketulusan mereka.

Kami di Jepang selama 7 hari. Semenjak awal berangkat sudah aku rasakan pendidikan yang sedang ditanamkan di diri kami. Mulai dari kemandirian, risk taker dan religius. Kami pun dilatih open mind dan caring di sana. Adikku ikut dalam perjalanan ini artinya aku harus lebih memperhatikan ia apalagi saat itu ia baru berusia 7 tahun. Usia yang masih sangat kecil. Kami harus selalu kompak satu tim tapi kami juga harus kompak dengan peserta dari Indonesia. Di situlah timbul rasa caring di antara kami.

Selain pembentukan karakter tersebut kami juga dilatih kemampuan dan ketrampilan di bidang robot. Thinker dan knowleageble harus selalu kami tingkatkan. Apalagi kami bertemu beberapa mahasiswa Indonesia yang sekolah di Jepang. Kami suka diskusi dengan mereka dan terbayang mimpi lain bisa sekolah di negeri ini. Agar banyak membawa ilmu untuk kami bawa pulang ke negeri kami.

Pelatihan yang terus menerus di tanah air membuat kami semakin mahir, tantangan dalam lomba yang berat pun bisa kami atasi dengan baik. Tak heran tim Al Firdaus mampu menggondol beberapa medali emas, perak dan perunggu. Walau medali bukan tujuan utama kami, tetapi kami sangat bangga ketika nama Al Firdaus bisa berkumandang di negeri seberang.

Sesuai dengan janji Bunda Eni, beliau hadir dan memberi kami semangat saat kami berlomba. Kami jadi merasa punya pilar yang kuat untuk bersandar dan jadi berani. Terima kasih, Bunda Eni. Adik saya yang biasanya kurang percaya diri, di samping Bunda dan dapat motivasi Bunda ia jadi semangat. Semoga Bunda Eni bisa buat Universitas Al Firdaus di luar negeri.

Teman, cerita ini tidak akan seru sebelum berlanjut ke cerita petualangan yang seru. Selesai kami berlomba kami pergi berjalan-jalan ke beberapa destinasi yang menarik di Osaka. Kami pergi ke Tennoji Zoo. Itu adalah kebun binatang yang sangat besar di Asia. Tamannya sangat bersih dan besar. Kami sempat kelelahan setelah berputar mengililingi taman ini.

Ada yang menarik di Jepang. Di Jepang jarang ada yang berjualan. Semua kebutuhan minum, snack dan makanan disajikan dalam mesin. Nama mesinnya vending mesin. Aku sering mengamati vending mesin. Aku ingin buat di Indonesia agar lebih ramah bagi semua pembeli tanpa pilih-pilih. Sepertinya ini karena trauma sering menemui penjual yang judes.

Di Osaka tempat yang terkenal adalah Dotonbori. Di Dotonbori ada patung di mana semua yang datang ke tempat tersebut berfoto dengannya. Sepanjang jalan Dotonbori banyak penjual makanan dan mainan. Berjalan-jalan sepanjang Dotonbori sudah cukup membuat olahraga yang melelahkan.

Di Osaka kami pergi dengan menggunakan kereta api. Semua kereta api tertata rapi di bawah tanah dan ada juga yang di sebelah gedung-gedung. Di sini tidak pernah kujumpai jalan yang macet. Kereta api adalah alat transportasi paling vital disana. Semua tujuan bisa ditempuh dengan KA ini. maka menghafal tujuaan dan asal berangkat KA menjadi keharusan saat kita naik KA ini. Mungkin cara di Osaka bisa menjadi solusi untuk kasus macet di Indonesia.

Nah, berakhir dulu cerita perjalananku saat menimba ilmu di negeri seberang. Banyak sekali yang kudapat. Pendidikan karakter, skills dan mengenal sejarah bangsa lain. Bagi teman-teman semua kusarankan arungilah dunia ini agar dapat ilmu banyak dan pulang bawa ilmu banyak untuk membangun bangsa ini. Seperti apa yang disampaikan Nabi Muhamamd SAW, “Belajarlah sampai ke negeri Cina.”

Semoga Al Firdaus tetap mengadakan program ini setelah pandemi covid-19 berakhir. Agar kami yang belajar di sini bisa semakin mengembangkan ilmu, skills dan budi pekerti.