Emosi merupakan perasaan yang berdampak pada perilaku. Biasanya emosi muncul jika terdapat dorongan dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Emosi pada anak akan berbeda-beda pada setiap masa pertumbuhan dan perkembangannya. Pada tahap awal seorang anak akan belajar dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Anak akan belajar dari apa yang didengar, dilihat, dirasakan dan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Oleh sebab itu, pola asuh yang diberikan oleh orang tua juga akan memberikan dampak pada emosional anak.
Memahami bagaimana emosi anak merupakan satu langkah yang penting dalam membangun hubungan yang sehat antara anak dan kedua orang tua. Anak-anak belum sepenuhnya mengetahui bagaimana mengelola emosi mereka. Oleh karena itu, peran orang tua menjadi sangat penting untuk mengenali dan menangani emosi mereka.
Berikut adalah beberapa cara mengenali emosi anak untuk usia pra sekolah
1. Perhatikan bahasa tubuh anak
Anak-anak sering menunjukkan emosi mereka melalui bahasa tubuh, contohnya:
– Bibir mengerucut, dahi mengkerut berarti anak sedang kesal atau marah
– Mata berkaca-kaca, suara sesenggukan dan tubuh lemah berarti anak sedang sedih
– Tersenyum dan melompat-lompat berarti anak sedang gembira
2. Perhatikan nada dan gaya bicara
Nada suara yang tinggi dan keras bisa menunjukkan frustasi atau gembira. Sedangkan nada biacara yang pelan dan lemah biasanya anak sedang malu-malu, takut atau sedih.
3. Menanyakan tentang perasaannya dengan lembut
Terkadang anak kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya. Jadi, orang tua dapat menanyakan perasaan anak ketika ia sudah tenang.
– “Kamu sedang sedih ya, ada yang mau diceritakan kenapa kamu sedih?”
– “Kamu kesal karena mainan kamu hilang? Kita cari sama-sama ya”
Hindari percakapan yang menghakimi atau memaksakan anak untuk langsung berbicara, karena terkadang kehadiran orang tua yang telah dan suportif sudah cukup membuat anak rileks.
4. Menggunakan storytelling untuk mengenali emosi anak
Melansir dari jurnal Alethaia.id, metode storytelling cocok digunakan untuk mengajarkan anak emosi. Hal ini karena anak-anak lebih mudah mengekspresikan perasaanya melalui permainan, gambar atau cerita. Contohnya adalah bacakan cerita dan ajak anak untuk berdiskusi.
– “Menurut kamu, tokoh ini lagi senang apa sedih?”
– “Kenapa tokoh ini bisa sedih ya?”
5. Menciptakan lingkungan yang aman secara emosional
Anak lebih mudah mengekspresikan emosi mereka ketika tidak dihakimi. Hindari meremehkan emosi anak, seperti
“ah, cuma begitu”, sebaiknya akui perasaan anak “Iya bunda tahu kamu kecewa ya, mari kita cari waktu lagi untuk pergi ke taman atau kita coba permainan baru dirumah”.
6. Mengenali pola reaksi anak
Setiap anak memiliki pola reaksi yang berbeda. Ada anak yang hanya diam dan menyendiri ketika kesal. Tetapi, juga ada anak yang berteriak ketika kesal.
Kesimpulannya adalah mengenali emosi anak bukan hanya melihat tentang bahasa tubuh dan ekspresinya, tetapi juga tentang keberadaan orang tua untuk hadir dan mendengarkan dengan hati serta menciptakan ruang yang aman untuk anak mengekspresikan emosi mereka.