Sabun Mandi Aroma Terapi, Biarpun Pandemi Belajar Tetap Happy

Sabun Mandi Aroma Terapi, Biarpun Pandemi Belajar Tetap Happy


(Iin Sulistyaningsih: Pendidik di TPP Al Firdaus)

“Bercita-cita menjadi guru sejak dari SD karena kebetulan ayahnya berkecimpung dalam dunia pendidikan. Bergabung di Al Firdaus sejak tahun 2005 sampai sekarang. Sesekali juga masih aktif sebagai sukarelawan di AIMI Solo. Lebih menyukai pantai dan alam pegunungan , 2 kali berhasil mencapai puncak Gunung Lawu. Keunikan lainnya adalah badan tidak pernah gemuk meskipun porsi makan tidak bisa dibilang sedikit”

Tidak terasa sudah hampir 2 tahun, pembelajaran berlangsung di tengah pandemic covid-19. Tepatnya mulai 16 Maret 2020 lalu,sejak Presiden Jokowi secara resmi mengumumkan dilaksanakannya pembelajaran secara daring. Beberapa pemerintah daerah kemudian memutuskan untuk membuat kebijakan seperti meliburkan siswa lalu mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Semua sekolah baik negeri maupun swasta, dari tingkat PAUD sampai dengan SMA, saat itu semua diwajibkan untuk lebih mengutamakan kesehatan anak didik. Tentu saja, pembelajaran yang dilaksanakan secara daring akan memerlukan dukungan sarana dan prasarana pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer, dan yang paling utama adalah jaringan internet.

Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, namun dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Di sini guru harus memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun semua siswanya berada di rumah. Imbas dari permasalahan tersebut adalah guru dituntut untuk dapat menciptakan strategi pembelajaran yang menarik dan interaktif sehingga anak-anak antusias sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Di Al Firdaus sendiri, pembelajaran secara online tetap berlangsung sampai saat ini. Meskipun di tingkat Early Years sudah bertahap dilakukan face to face learning, namun masih tetap ada tatap muka online-nya. Semua guru diminta untuk menciptakan metode pengajaran yang menarik sehingga pembelajaran yang dilakukan secara online menggunakan aplikasi zoom bisa berlangsung menyenangkan dan anak-anak antusias dalam menjalaninya.

Beberapa guru, termasuk penulis sendiri mau tidak mau memang harus pandai membuat strategi dalam mengemas pembelajaran, agar anak paham akan materi yang disampaikan. Namun ketika penulis berkesempatan melakukan diskusi dengan beberapa teman di luar sekolah, beberapa dari mereka megakui bahwa pembelajaran daring seperti ini tidak seefektif dengan kegiatan pembelajaran tatap muka secara langsung, karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap.

Selain itu, dengan adanya keberagaman siswa dalam gaya belajar serta pemahaman materi, otomatis materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami oleh semua siswa. Kenyataan tersebut membuat saya berpikir untuk bisa berbeda. Sebelumnya dalam mencari video pembelajaran pendukung materi. Youtube adalah jalan ninja saya. Di sana beragam video edukasi bisa didapatkan dengan mudah. Saat melihat beberapa video resourches, saya berpikir, “Hmm video seperti ini aku juga bisa, alat yang digunakan juga tidak terlalu sukar ” demikian yang ada dalam pemikiran saya ketika melihat video pembelajaran tentang alat-alat yang digunakan pada saat musim hujan.

Saya pun mulai berpikiran untuk mulai mencoba membuat video pembelajaran sendiri, dengan memanfaatkan musim pada saat itu yang masih musim hujan. Saat itu, kalau tidak salah ingat sekitar jam 14.30 menjelang adzan ashar, di sekolah turun hujan dengan curah hujan yang sangat deras. “Allahumma shayyiban nafi’an, Ya Allah semoga hujan ini bermanfaat.”

Saya kemudian mengecek beberapa perlengkapan yang sebelumnya telah dipersiapkan, seperti jas hujan, sepatu boot (saya pinjam dari security), sandal jepit, plastik dan obat-obatan tertentu. Kesulitan pada saat itu adalah tidak bisa mengambil video sendiri di tengah hujan yang lebat. Saya lalu berinisiatif meminta bantuan dari Mbak Fatimah yang pada saat itu telah menyelesaikan tugas utamanya di dapur. Sebenarnya saya mempunyai tripod, namun karena terlalu sering digunakan, dan sering jatuh pula, maka kondisinya sekarang rusak dan tidak bisa digunakan lagi.

Beberapa kali take video dengan latar belakang rumah pohon, membuat baju saya pun basah meskipun sudah menggunakan sepatu boot dan jas hujan. Namun saya puas karena sudah berhasil menyelesaikan tantangan. Alasan pengambilan latar belakang rumah pohon adalah karena rumah pohon itu merupakan salah satu ciri khas dari Early Years, bisa dibilang simbol yang sangat mewakili.

Bagaimana komentar anak ketika saya tampilkan video tersebut?
“Wahhh rumah pohon, itu sekolahku, Ma”
“Lho, Bunda Iin main hujan-hujanan, jangan bunda nanti sakit.”
“Mama, aku pengen sekolah.”
Beberapa celoteh anak, saya rangkum dan analisa bahwa anak akan lebih tertarik ketika mendapati sesuatu yang familiar dengannya, ikut tampil dan menyapa dalam pembelajaran meskipun secara online. Saat itu tema familiarnya adalah rumah pohon dan hujan.

Cerita lainnya adalah tentang strategi penggunaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Saat itu memasuki tema How The Wolrd Works, di mana sampai pada materi bahan alam menghasilkan pewarna alami.

Pembelajaran secara online, dengan tujuan pembelajaran diharapkan anak mengenal bahwa bahan alam bisa menghasilkan pewarna alami. Sebelumnya dalam kolaborasi pekanan telah disepakati untuk menggunakan kayu secang sebagai salah satu contoh bahan alam yang menghasilkan warna merah.

Saya bersama dengan Bunda Tri di K1 A kemudian mencoba memaksimalkan agara anak benar-benar paham akan hal tersebut meskipun kami sampaikan secara online. Kami kemudian menginfokan di WAG sehari sebelum pelaksanaan agar anak dibawakan minimal satu saja bahan alam yang bisa menghasilkan warna. Harapan kami adalah anak mendapatkan pengetahuan tentang pewarna alami secara langsung, tidak hanya melihat tayangan video dari Youtube. Tentu saja sebagai contoh, kami juga membawa bahan alam. Anak di usia PAUD cenderung belajar dengan meniru (role model) sehingga sebisa mungkin kami juga melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan.

Kamis, 24 Februari 2022 bertempat di zoom meeting kami memulai pembelajaran. Salam dan doa kami lakukan seperti biasanya. Dilanjutkan dengan senandung doa Al Quran, asmaul husna 1-20 serta sambung ayat surah Al Humazah. Alhamdulillah sejauh pengamatan, mereka masih enjoy.

Memasuki materi inti, Bunda Tri menyampaikan bahwa, “Bahan alam adalah bahan yang diciptakan oleh Allah. Beragam macam dan bentuknya, namun itu semua pasti bermanfaat untuk manusia. Adakah yang bisa memberi contoh bahan alam itu apa saja? Kalian bisa menyebutkan benda yang saat ini kalian bawa.”

Beberapa anak antusias untuk menceritakan. Artinya apa? Student Agency sudah mulai muncul di sini, beragam pendapat mereka, bermacam pertanyaan mereka membuat voice, choice dan ownership dari mereka telah tersampaikan. Memang beberapa anak masih ada yang belum mau berinisiatif berbicara, sehingga terkadang kami sebut nama mereka, atau saya minta jawaban dari teman untuk ditanggapi oleh mereka yang masih malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya. Setiap anak adalah unik, kita tidak boleh menyamakan bahwa tingkat pemahaman materi.

Kembali ke kegiatan di zoom, saya kemudian menunjukkan bahan alam yang saya bawa. Kayu secang yang memang dalam keseharian, sering kami pakai untuk dicampur dalam membuat minuman. Tak lupa saya tunjukkan alat pendukung, “Nah lihat nih teman-teman, Bunda Iin bawa apa? Ada gelas, kayu secang dan termos yang berisikan air panas. Kayu secang ini warnanya apa? Ya benar, coklat. Sekarang Bunda masukkan kayu ke dalam gelas, kita amati bersama ya.”

Anak-anak terlihat fokus dan antusias pada saat eksperimen tersebut. Beragam jawaban mereka selama eksperimen berlangsung. Masing-masing anak menyampaikan hasil pemikiran mereka setelah melihat eksperimen. Tidak lupa saa juga menekankan bahwa ketika menggunakan air panas harus dalam pengawasan orang tua. Alasan tidak perlu saya yang menyampaikan langsung karena ternyata masing-masing anak saling melengkapi jawaban satu sama lain sehingga kesimpulan dapat diambil dari jawaban mereka sendiri.

Saya kemudian memberikan kesempatan kepada masing–masing anak untuk menunjukkan warna apa yang muncul dari bahan alam yang mereka bawa. Tak lupa saya memanfaatkan fitur zoom, spootlight agar mereka satu persatu tampil di di layar utama sehingga lebih jelas tampilannya.

Masyallah ternyata beragam sekali ragam bahan alam yang mereka bawa. Tadinya saya berpikir paling hanya akan nada tiga atau empat warna.
Berikut jenis bahan alam yang dibawa oleh anak-anak K1 A beserta warna yang dihasilkan:
1. Aileen menunjukkan empat warna (putih dari santan, coklat dari teh celup, ungu dari buah naga serta bunga telang, menghasilkan warna ungu);
2. Aizka menunjukkan minuman buah jeruk yang berwarna kuning yang dicampur dengan buah semangka yang berwarna merah;
3. Azka Gibran membawa larutan hitam dari kopi serta warna putih yang dihasilkan dari susu putih;
4. Owe membawa buah naga menghasilkan warna ungu;
5. Athiyah membawa bunga telang menghasilkan warna ungu;
6. Cio juga membawa bunga telang namun warna yang dihasilkan berbeda dari Athiyah. Bunga telang Cio menghasilkan warna biru;
7. Hafidz menunjukkan daun pandan yang menghasilkan warna hijau;
8. Nolan terlihat membuat teh celup yang menghasilkan warna coklat dan merah dari kayu secang;
9. Noura yang sedang dalam perjalanan, menunjukkan kertas yang sudah ada coretan-coretan dari buah naga yang berwaran ungu;
10. Iyan sama dengan Nolan, yaitu menunjukkan warna coklat the celup;
11. Triplet nampak sibuk sekali di layar. Baik Bi Je, Bi El maupun Chibi masing-masing sibuk meremas-remas buah naga yang kemudian menghasillkan warna ungu;
12. Aisyah langsung membuat karya di kertas menggunakan warna ungu hasil dari buah naga;
13. Falisha menunjukkan segelas jus buah naga dan langsung meminumnya;
14. Kiya juga memanfaatkan daun di sekitar rumahnya, cukup dengan meremasnya saja lalu dipakai buat menggambar. Warna yang dihasilkannya cenderung ke warna merah;

Senang sekali rasanya melihat mereka begitu sibuk ketika zoom berlangsung. Sibuk bukan bermain sendiri lho ya, melainkan sibuk bereksperimen, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar mereka. Pengetahuan baru mereka dapatkan tidak saja dari kami, gurunya. Namun juga dari teman–temannya sendiri.

Kami juga sangat berterima kasih kepada Mama dan Papa yang senantiasa men-support dengan mendampingi mereka ketika belajar di rumah. Kami berdua merasa puas dengan capaian anak di titik ini. Mereka enjoy dalam belajar online, mampu mengungkapkan argumentasinya ketika tanya jawab dan tentu saja mereka mendapatkan pengetahuan baru tentang warna dari bahan alam. Tetaplah bersemangat memberikan yang terbaik bagi murid. Berharap dari sini akan muncul calon pemimpin yang bisa memajukan negeri, aamiin.
Salam sayang dari Bunda Iin.

(Dokumentasi Link pembelajaran https://youtu.be/sRk6EervXQs)