Perjuangan Fian Melawan Autistic dengan Kereta

Perjuangan Fian Melawan Autistic dengan Kereta

Fian dan Autismenya
Muhammad Praditya Arifian Zein, biasa dipanggil Fian, seorang anak berkebutuhan khusus yang berhasil menaklukkan autistic-nya dengan menggambar kereta. Hal tersebut tentu tidak mudah. Namun dengan dukungan keluarga terutama sang ibu, akhirnya Fian bisa sampai di titik emasnya sekarang.

Sejak bayi, kondisi Fian sama seperti dengan bayi biasa. Namun, pada usia satu tahun ditemukan sesuatu yang berbeda di mana ciri-cirinya sama persis dengan buku-buku dan jurnal psikologi yang pernah dibaca. Salah satu indikator kuat keyakinan sang ibu yakni Fian menolak pelukannya.

Pada waktu itu, keluarga besar dan para dokter denial mengenai kondisi Fian. Namun sang ibu tetap mendampingi Fian dengan membersamainya setiap hari. Dari sini sang ibu semakin yakin terhadap apa yang dikhawatirkan terhadap Fian. Dan pada akhirnya benar, sangkaan mengenai ciri-ciri autis terdapat pada diri Fian.

Dengan keadaan Fian yang demikian, sang ibu tidak patah semangat. Justru segera melakukan tindakan bagaimana memberikan penanganan yang tepat terhadap Fian. Langkah awal yang dilakukan adalah pergi ke dokter dan ke YPAC yang ada di Kota Surakarta.

Ibu Prita Liliana berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan mengelola apotek miliknya, tentu membutuhkan pertimbangan yang tepat untuk tetap bisa mendampingi sang anak setiap saat. Dengan pertimbangan agar lebih efektif dan efisien, akhirnya Ibu Prita memutuskan untuk menyediakan sekolah bayangan di rumah dengan mendatangkan guru-guru ke rumah dan dilengkapi sarana dan prasrana seperti di sekolah pada umumnya.

Dari sini perjuangan Fian dan Ibu Prita Liliana melawan autisme dimulai. Perjuangan membersamai autistic tentu membutuhkan perjuangan. Sebagai orangtua tentunya akan melakukan segala cara untuk menyembuhkan anaknya. “Yang penting cara yang diupayakan tidak musyrik”, tutur Ibu Prita saat diwawancarai pada Kamis, 27 Januari 2022 di kediamannya.

Berbagai pendekatan untuk kesembuhan Fian dilalui. Seperti pendekatan yang diterapkan dari membaca buku, dokter, psikolog, saran dari terapis pun dilalui. Dalam benak pikiran Ibu Prita, walaupun Fian berkebutuhan khusus, Fian harus tetap bersekolah pada waktunya.

Pada usia Playgroup kurang lebih empat tahun, Ibu Prita berprinsip selama Fian belum memasuki jenjang SD, Fian dibebaskan untuk memilih sekolah yang nyaman, sekalipun harus pindah sekolah dari tempat sebelumnya. Ketika sudah memasuki masa Sekolah Dasar, sang ibu berkeinginan bahwa sekolah Fian nantinya harus bersesuaian dengan kebutuhan Fian.

Saat duduk di bangku TK, Fian bertemu dengan guru gambarnya, biasa disapa Kak Alim. Di luar dugaan sang ibu, bertemu dengan dunia menggambar muncul binar mata bahagia pada Fian. Sebuah progres yang luar biasa di mana pada masa hiperaktifnya, Fian begitu cepat mengalami perubahan ke arah lebih baik.

Dengan perubahan Fian yang dirasa lebih baik, Ibu Prita meminta gurunya untuk membantu mengajar les di rumah. Dari sinilah Fian bisa terlihat fokus dan mampu berkomunikasi dengan guru walaupun tanpa suara. Hal ini yang mematahkan status autismenya.

Dilema Memilih Sekolah Terbaik untuk Fian
Masa-masa dilema mulai muncul kembali ketika Fian memasuki jenjang pendidikan dasar. Masih pada prinsip yang sama Fian harus bersekolah di sekolah yang nyaman dan ramah, tentunya pada usia yang tepat. Melalui salah satu tayangan program dari stasiun televisi, terjawablah perasaan dilematis Ibu Prita. Yakni dengan keyakinan yang kuat untuk menyekolahkan Fian pada sekolah inklusi.

Perjuangan dimulai kembali pada Pendidikan dasar. Harapan Ketika masuk SD, kondisi Fian tidak dipandang sebelah mata. Fian dapat bersekolah dan bersosialisasi dengan teman-teman yang regular lainnya.
Pada tahun pertama di SD Fian mulai mempelajari bagaimana belajar diam dan tenang, fokus dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Dengan kurikulum Individual Educational Program yang ada di sekolah, fasilitas apa saja yang membuat Fian bahagia dipenuhi seperti fasilitas menggambar yang menjadi dunianya saat ini.


Ketertarikan Menggambar Kereta
Hasil gambar-gambar Fian yang menarik dikumpulkan gurunya. Kemudian oleh sang guru dikirimkan pada sebuah pameran di Jakarta. Hal ini yang menjadi trigger bagi sang ibu untuk mengabadikan karya Fian lainnya dalam pigura dan terus memberikan yang terbaik untuk Fian.

Dengan begitu, didatangkan guru untuk menjadi pembimbingnya di rumah. Spesialisasi Fian adalah sketsa. Diawali dengan kegemaran mengambar Thomas and friends bersama Kak Ali guru gambarnya sewaktu TK. Kemudian berkembang pada ketertarikan menggambar kereta.

Binar bahagia nampak pada raut wajah Fian saat menggambar kereta. “Pulang sekolah melihat kereta mengelilingi Kota Surakarta lalu berhenti sejenak mengamati dan kemudian setelah sampai di rumah Fian muai menggambarkan apa yang dilihat”, jelas Ibu Prita.

Ketertarikan Fian pada dunia menggambar membuat gurunya terpacu untuk mengajari Fian menggambar dengan berbagai metode. Seperti belajar melukis oil on canvas. Lukisan pertamanya melalui metode ini yaitu lukisan apel. Karena antusias Fian untuk mencoba cukup tinggi, sang guru mulai menerapkan berbagai metode menggambar seperti oil on canvas, akrilik, cat air, dan lainnya.

Dampak positif selain antusi mencoba berbagai metode menggambar, Fian juga mengalami perkembangan psikologis yang signifikan. Fian mulai bersedia menerima masukan dan mengakomodir permintaan gurunya.
Dinilai semakin mahir dalam bidang menggambar, Fian mengikuti kompetisi yang diadakan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Pada acara Pameran “Meneroka Batas” dalam Festival Bebas Batas yang diadakan oleh Kemendikud di ISI Surakarta 2019 merupakan momen pertemuan dengan guru lukisnya spesialis Digital Drawing.

Sejak Sekolah Dasar, Fian sudah ikut berpartisipasi dalam pameran. Karyanya juga ikut dipamerkan. Beberapa pameran yang pernah diikuti:
1. International Art Exhibition Art Edu Care #7, oleh Prodi Pendidikan Seni Rupa UNS, 2016.
2. International Art Exhibition Art Edu Care #8, oleh Prodi Pendidikan Seni Rupa UNS, 2017.
3. International Art Exhibition Art Edu Care #10, oleh Prodi Pendidikan Seni Rupa UNS, 2019.
4. Pameran “Meneroka Batas” dalam Festival Bebas Batas, diadakan oleh Kemendikud di ISI Surakarta, 2019.

Membayar Umroh dengan Puasa Senin Kamis
Berbeda dengan kondisi anak-anak pada umumnya yang dapat berbicara fasih, Fian harus menunggu untuk bisa berbicara pada usia 10 tahun. Sejak usia dua tahun sudah melakukan berbagai terapi. Pada saat itu, Fian divonis tidak dapat berbicara. Mendengar hal tersebut, hati orangtua pasti hancur. Lagi-lagi orangtua tetap tidak berputus asa. Segala macam dicoba bahkan pendekatan terapi autis di luar dari apa yang didapat dari buku, dokter dan psikolog sarankan dilakukan.

Seperti halnya terapi bicara. Tanpa disangka terapi yang paling efektif yang diterapkan Fian adalah terapi mengaji. Sungguh di luar pemikiran, bukan? Kebiasaan mengaji bersama sudah diterapkan di rumah usai salat maghrib. Untuk menunjang percepatan perubahan Fian, didatangkan guru tahfidz dan tahsin. Dari sini Fian mulai mengasah kemampuan berbicara. Harapannya, agar Fian bisa melafadzkan ayat-ayat alquran secara tartil dan murrojaah yang bagus. Justru di luar dugaan terapi ngaji menjadi terapi yang paling efektif untuk Fian bisa berbicara.

Menurut penjelasan sang ibu, terapi bicara juga dibarengi dengan diet. Namun sang ibu dilema ketika Fian harus menghindari makanan kesukaanya seperti tepung, cokelat dan sebagainya. Ibu Prita memandang, ketika Fian makan makanan yang dilarang untuk diet tidak terlihat dampak negatif yang signifikan. Diet justru membatasi proses sosialisasi Fian dengan lingkungan dan teman-teman disekolah.

Pada akhirnya bertemulah dengan metode diet lain yakni dengan puasa Senin Kamis. Berawal dari keinginan Fian untuk Umroh, sang ibu memanfaatkan momen keinginan Umroh dengan memberikan tantangan kepada Fian. Dan akhirnya sang ibu memberikan tantangan, “Jika menginginkan Umroh, Fian harus rajin mengaji, salat dan puasa.” Fian mampu melakukan tantangan ibunya.

Sebuah tekad yang sangat luar biasa. Sejak usia sembilan tahun sudah mulai menerapkan puasa sampai sekarang. Selang dua tahun mengawali berpuasa, Fian mendapatkan kesempatan untuk Umroh dari puasanya. Nilai lebih lainnya yang didapatkan yakni dapat melatih diri dan menahan diri. “Dapat dilihat ketika Fian melakukan sesuatu jika belum selesai dia tidak akan berhenti. Jika menginginkan sesuatu, Fian bisa menahan atau dapat dikendalikan”, ujar Ibu Prita.

Belajar menggambar juga mendatangkan pundi-pundi rupiah untuk Fian. Hal itu dilakukan dengan belajar sembari menggarap pesanan. “Harapan saya, anak saya menjadi anak yang mandiga, mandiri dan bahagia serta bisa menemukan masa emasnya sedini mungkin.” tukas ibu Prita.

Ibu Prita menambahkan, “Berawal dari menerima dengan ikhlas dan sabar atas pemberian Allah, tidak men-setting pikiran-pikran buruk. Selalu bersyukur dan mencoba menerima pemberian Tuhan. Alhamdulillah selama hidupnya, Fian selalu bertemu dengan orang baik dan terbaik di bidangnya.”

Fian Menemukan Masa Emasnya


Memasuki masa-masa SMA, Fian kembali bertemu dengan sebuah sekolah yang tepat yakni di Al Firdaus World Class Islamic School. Di Al Firdaus, Fian diterima dengan baik dan di-support secara all out oleh pihak sekolah baik guru, teman dan seluruh civitas akademik Al Firdaus.

Menurut Ibu Prita, sekolah adalah rumah kedua Fian. Terlepas dari pengawasan, sang ibu memastikan Fian dalam perlindungan yang baik. Semenjak sekolah di Al Firdaus, Fian memiliki self-confidence yang baik, sehingga teman-teman tidak akan mem-bully nya.

Dengan menerima segala pemberian tuhan akan memberikan banyak kemudahan dan kesempatan untuk melalui proses hidup yang sudah tergariskan. Belajar dari Ibu Prita, mengenai bagaimana mneyikapi kondisi yang tidak dialami orangtua pada umumnya adalah hal yang sungguh luar biasa untuk dijadikan teladan. Mulai dari bagaimana membuat anak happy, memberi fasilitas yang dibutuhkan dan memberikan tempat terbaik untuk bersosialisasi baik dengan lingkungan rumah maupun sekolah.

Dalam waktu dekat ini, Fian akan menyelenggaran sebuah pameran bergengsi di Kota Surakarta. Pameran pertama Fian bertema “Kereta dan Authisme, the journey of Fian’s Gallery”. Acara akan diselenggarakan pada Sabtu-Kamis, 5-10 Februari 2022 di Balai Soedjatmoko, Gramedia, Surakarta.

Jangan lupa hadir dan saksikan langsung Live Sketsa Digital Fian pada acara pembukaaan pameran besok dan rangkaian acara lainnya!