From Solo To Tokyo
(Rizka Amalia, S.Psi, Psikolog)
Al Firdaus sudah sejak lama mencanangkan diri sebagai sekolah inklusi sejak tahun 2000an. Bukan merupakan kesengajaan dan bukan pula karena penunjukkan dari pemerintah sehingga Al Firdaus bertekad untuk mengembangkan pendidikan inklusif ini. Semuanya berawal dari kasus yang ditemukan pada siswa yang ternyata memiliki kebutuhan khusus sehingga Al Firdaus berupaya sedemikian rupa agar siswa tersebut dapat berkembang sesuai dengan potensinya.
Al Firdaus berdiri di Kota Surakarta yang dikenal sebagai kota inklusi serta ramah difabel. Di kota ini terdapat banyak sekolah inklusi yang menerima anak berkebutuhan khusus. Namun pada kenyataannya masih belum tertata dengan baik dalam implementasinya. Selain itu belum banyak NGO (Non-Governmental Organization) yang bergerak pada issue difabilitas dan itu bisa dihitung dengan jari, seperti PPRBM Prof. Dr Soeharso Surakarta, Colomadu, dan PPRBM Solo sebagai partner pemerintah dalam pengembangan praktik baik pendidikan inklusif ini. Oleh sebab itu dilakukanlah kerjasama antara Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi (PLDPI) Solo dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).
Merupakan kebanggaan yang tak terhingga karena Al Firdaus dan Pemerintah Kota Surakarta memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti pelatihan ini. Betapa tidak, diantara ratusan guru di Kota Bengawan ini hanya 30 orang yang terpilih untuk mengambil bagian dalam peningkatan kompetensi ini. Puluhan guru/terapis ini dari jenjang TK, SD, SMP dan saya mewakili TPP Al Firdaus Surakarta.
Peserta dipilih berdasarkan lima kriteria, yakni yang bekerja memberi pelayanan langsung pada ABK, mempunyai pengalaman minimal dua tahun dalam memberi pelayanan pada ABK, memiliki motivasi kuat mengembangkan pendidikan inklusif di tempat kerjanya, serta terus belajar dan mengembangkan diri. Selain itu, peserta berkeinginan terus bekerja bagi ABK di tempat kerjanya saat ini atau di tempat lain minimal dalam kurun tiga tahun ke depan. Selain dengan JICA, kerja sama ini juga melibatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Jepang yakni Children Empowerment Resource Center (CERC).
Terdapat tujuh pemateri yang tergabung dalam tim trainer dari Jepang yang akan dikoordinasi CERC. Namun diselingi pula beberapa sesi tukar pengalaman melalui presentasi dari masing-masing peserta untuk menceritakan proses pendidikan inklusi di tempat ia mengajar/bekerja. Proses pelatihan direncanakan menghabiskan waktu selama tiga tahun dengan prediksi 40 kali pertemuan. Pelaksanaannya dijadwalkan setiap Sabtu dua pekan sekali dalam sebulan. Karena masih dalam situasi pandemi maka pelatihan dilaksanakan secara daring dengan beberapa formula. Misalnya semua peserta mengikuti pelatihan bersama di suatu tempat untuk memastikan kelancaran sinyal. Atau pelatihan dilakukan secara daring murni dari rumah masing-masing jika situasi tidak memungkinkan untuk berkumpul bersama.
Selain itu pernah pula pelatihan dilakukan melalui kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang karena kebetulan materi berkaitan dengan aktivitas roleplay. Tempat pelaksanaan pelatihan daring secara klasikal akan dilakukan di hall Disdik Kota Surakarta, Unit Pelaksana Teknis (UPT) PLDPI Mojosongo, training room PPRBM Prof. Dr. Soeharso Colomadu, hotel, tempat kerja atau sekolah masing-masing dan di Tokyo, Jepang jika situasi sudah memungkinkan. Di akhir sesi lima peserta terpilih akan mengikuti pelatihan in-test di Jepang dan diproyeksikan menjadi trainer nasional. Sedangkan yang belum terpilih akan menjadi guru model untuk pembelajaran ABK.
Al Firdaus membuka peluang seluas-luasnya bagi guru dan karyawan yang berkiprah didalamnya untuk meraih prestasi dan pengalaman. Ibarat pepatah, Al Firdaus membekali kami kail, bukan ikan. Semoga hal ini membuat semangat kami terpacu untuk menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat dan segala pahala senantiasa mengalir kepada para pendahulu kami di Al Firdaus sebagai amal jariyah. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.