Praktik Baik Guru Penggerak di Al Firdaus
Untuk mengetahui implementasi dari program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen GTK Kemdikbud) bekerjasama dengan Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, melakukan press tour dengan media massa nasional untuk memberitakan kepada masyarakat praktik baik program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak.
Sebagai salah satu Sekolah Penggerak angkatan pertama jenjang TK di Kota Solo, TPP Al Firdaus berkesempatan menjadi salah satu sekolah yang dituju untuk membagikan praktik baik dari adanya program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak. Pada kesempatan kali ini, Bunda Iin Sulistianingsih terpilih menjadi narasumber mewakili Guru Penggerak TK. Bunda Iin sendiri merupakan salah satu Guru Penggerak Angkatan 4 di TK Al Firdaus.
Dikutip dari akun Instagram resmi @ditjen.gtk.kemdikbud, pada pendidikan Guru Penggerak jenjang TK ada dua materi yang mejadi sebuah catatan tersendiri bagi peserta program Guru Penggerak, yaitu Segitiga Restitusi dan Pembelajaran Sosial Emosial. Segitiga Restitusi merupakan tahapan Tindakan yang dialakukan guru untuk membawa siswa menaati kesepakatan kelas yang telah ditetapkan dan mengakui secara sadar dan terbuka ketika melakukan kesalahan, serta merasakan kenyamanan ketika sudah berperilaku jujur. Sementara Pembelajaran Sosial Emosional merupakan pembelajaran kolaboratif yang melibatkan seluruh pihak terkait yang bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik agar dapat memahami, mengolah dan mengeksperesikan aspek sosial dan emosional pada diri peserta didik.
Masih dikutip dari akun Instagram resmi @ditjen.gtk.kemdikbud, Bunda Iin Sulistianingsih mengakui ada banyak manfaat yang diterimanya setelah mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak, salah satunya adalah ia kini mampu menerapkan segitiga restitusi. Bunda Iin sempat mengambil sampel salah satu murid di kelasnya yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar.
”Kemudian saya tanyakan dia, alasannya apa dan tujuannya apa? Dari program Guru Penggerak saya mendapatkan suatu materi bahwa setiap perbuatan anak itu pasti ada tujuannya. Kalau sebelumnya saya biasa men-judge (menghakimi), tapi setelah mengikuti Guru Penggerak, saya tahu semua ada alasannya kenapa anak melakukan suatu perbuatan,” katanya di TK Al Firdaus Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (13/7/2022).
Selanjutnya, Bunda Iin dan muridnya kemudian bersama-sama mencari solusi (problem solving). Dalam proses mencari solusi tersebut, guru juga mendengarkan aspirasi dan suara anak, sehingga keputusan tidak dibuat oleh satu pihak saja, yaitu hanya dari guru, melainkan dari kedua pihak , yakni guru dan murid.
Dalam program Pendidikan Guru Penggerak, Bunda Iin juga terkesan dengan materi Pembelajaran Sosial Emosional. Setelah menjadi Guru Penggerak, Beliau semakin sadar bahwa pengendalian sosial emosi pada anak usia PAUD adalah sesuatu yang bisa dilakukan.
Bunda Iin juga mempelajari teknik STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, and Proceed), yaitu salah satu teknik yang dapat dilakukan guru TK dalam menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional untuk peserta didiknya.
“Memang tidak bisa seperti anak-anak SMA. Di PAUD atau TK masih dalam level tarik napas, lalu hembuskan dalam empat hitungan. Tapi setidaknya dengan penerapan teknik STOP itu mereka bisa mendapatkan kesadaran penuh sehingga mereka bisa siap untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya,” ujar Bunda Iin.
