Menuju 25 Tahun Al Firdaus
“Perjalanan Menggapai Bintang”
(Sutarmi S.,H.: Ibu dari Albarsany Nur Yudha Pratama Alumni PYP Al Firdaus)
Albarsany Nur Yudha Pratama adalah anak pertama dari kami ayah ibu yang sama-sama berkerja, dengan tiga bersaudara laki-laki semua. Albarsany Nur Yudha Pratama yang biasa kami panggil Yudha tumbuh layaknya seperti anak-anak biasa dengan penuh kasih sayang.
Kisah ini berawal dari Yudha yang mulai tumbuh menjadi anak-anak setelah menyelesaikan sekolah TK akan masuk ke Sekolah Dasar. Kami sebagai orang tua berusaha mencarikan sekolah yang terbaik untuk Yudha bahkan sampai survey ke beberapa sekolah dan berbekal berbagai informasi dari banyak teman maka kami masukan Yudha ke sekolah dasar yang cukup terkenal di kota Solo.
Masih teringat hari pertama masuk sekolah dengan seragam merah putih dengan riuh anak-anak. Kala itu Yudha masih enjoy dan nyaman di sekolah. Hari ke-3 di sekolah Yudha sakit cacar air hingga tidak masuk sekolah selama dua minggu.
Setelah sembuh Yudha masuk sekolah dan dia merasa asing karena teman-temannya sudah asyik dengan teman-teman yang lainnya. Sedangkan Yudha belum mendapat teman. Di tengah kebingungannya, Yudha tidak nyaman karena merasa gurunya tidak ada yg merangkul dan mengajaknya komunikasi. sedangkan pembelajaran sudah normal dengan berbagai tugas-tugas yang Yudha rasa mungkin berat.
Singkat cerita Yudha ngambek tidak mau masuk kelas dan ditambah perlakuan gurunya juga kurang nyaman ada satu kata yg saya ingat waktu itu sangat menyakitkan bagi kami “Lebih baik saya kehilangan satu murid dari pada saya kehilangan 40 murid saya yang lain.”
Akhirnya saat itu juga anak saya Yudha saya tarik keluar dari sekolah tersebut. Sedih, kecewa, marah saat itu yg saya rasakan. Keesokan pagi saya muter ke sekolah-sekolah SD swasta di Solo dengan tujuan ingin mencarikan SD yang cocok untuk Yudha karena Yudha sudah mogok tidak mau sekolah.
Setelah sekian sekolah saya datangi tapi tidak ada yang saya rasa cocok dengan situasi psikis Yudha saat ini. Akhirnya sampailah saya di sebuah Sekolah Dasar yaitu SD Al Firdaus yang beralamat Jl.Yosodipuro Punggawan Solo. Di sana saya dilayani sangat ramah dan setelah saya ceritakan panjang lebar tentang Yudha, saya dijelaskan banyak hal tentang penanganan anak saya nantinya selama di Al Firdaus. Ada kata-kata yang membuat saya mantap dan tenang. Begini ungkapannya,
“Apabila ibu percaya pada kami insyallah anak ibu akan kami terima dan perlakukan sesuai kebutuhannya karena disini ada penanganan anak-anak berkebutuhan khusus.”
Keesokan harinya saya dan Yudha langsung ke SD Al Firdaus. Saya daftarkan anak saya dan diterima masuk untuk sekolah SD Al Firdaus. Saat itu Yudha saya tinggal masih dengan meronta-ronta menangis tidak mau saya tinggal. Tetapi dari Ustadz dan Ustadzahnya meminta saya untuk tenang dan meninggalkan saja. Alhamdulillah tenang rasanya mendengar saran tersebut.
Hari kedua, ketiga masih sama menangis. Ketika saya tinggal pulang tidak mau. Hingga suatu saat ketika pagar sekolah dibuka, Yudha lari keluar sekolah sampai di kejar Ustadz Eko dan Pak Arif Satpam Al Firdaus.
Hari demi hari kami jalani dengan penuh drama.Yudha masih belum mau masuk kelas tetapi belajar di luar kelas. Dan ada salah seorang murid yang disuruh Ustadznya untuk menemani Yudha di luar kelas. Setelah hampir satu bulan Yudha mulai kenal temannya dan selalu dinasehati oleh Ustadz dan Ustadzahnya. Akhirnya Yudha mau masuk kelas dan mengikuti pembelajaran normal.
Hari demi hari, bulan demi bulan Yudha semakin semangat sekolah. Yudha sangat dekat dengan Ustadz dan Ustadzahnya. Di kelas 2 Yudha mampu meraih rangking 2 di kelasnya. Waktu itu Yudha sangat dekat dengan Ust. Yayas.
Suatu waktu ada program hadiah dari kantor saya Polresta Surakarta untuk anak berprestasi. Lalu Yudha saya ajukan dan Yudha masuk dan alhamdulillah pada proses seleksi mendapat piagam dan uang dari Kapolresta Surakarta.
Yudha semakin semangat bersekolah dan dengan pembelajaran dan bekal-bekal agama secara rutin. Mulai salat, baca alquran, hafalan dan pelajaran-pelajaran lain bisa di ikuti meskipun juga ada riak-riak kenakalan Yudha yang lain.
Sampai akhirnya Yudha bisa menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Al Firdaus dengan lancar bekal semangat dan nilai hasil UAN cukup tinggi hingga bisa masuk SMP favorit di Solo. Lancar masuk SMPN 3 Surakarta bahkan bekal agamanya masih melekat dengan tetap rajin salat dan baca quran.
Pada SMP kelas 2, Yudha semakin semangat dan pernah tanya kepada saya, “Ibu sekolah apa yang bisa membuat aku bisa seperti Komandan?” dan saya jawab setelah lulus SMP bisa melanjutkan sekolah di SMA Taruna Nusantara Magelang.
Setelah itu mulai kelas 2 SMP Yudha Mulai browsing tentang SMA Taruna Nusantara. Yudha yang semula gemuk mulai diet dan olahraga mandiri. Belajar lebih rajin dan semakin semangat tentunya.
Bulan Januari 2015 sudah mulai pendaftaran SMA Taruna Nusantara Magelang. Tahapan demi tahapan dilewati. Berbagai tes dia jalani. Dan saya tahu tesnya sangat sulit. Dari 36000 (tiga puluh enam ribu) peserta se Indonesia hanya diambil 300 siswa. Hingga akhirnya saat tiba pengumuman terakhir nama ALBARSANY NUR YUDHA PRATAMA lulus memenuhi syarat.
Tiga tahun Sekolah di Asrama SMA Taruna Nusantara bukan hal yang mudah karena didikan disiplin dan beban pelajaran dan latihan fisik yang luar biasa berat. Dengan jadwal dan latihan yang padat. Saya tahu Yudha pasti lelah, lapar, capek. Bahkan kadang saya sering menangis saat salat tahajud mendoakan Yudha memohon selalu dalam lindungan Allah. Semoga Yudha selalu sehat dan kuat.
Dan dengan bekal agama dari SD Al Firdaus ternyata sangat berharga di sana. untuk menghadapi berbagai tekanan dan situasi kondisi Yudha selalu ingat salat dan baca alquran, serta puasa Senin Kamis tetap dijalankan. Meskipun kadang puasa hanya diniatkan supaya tekanan fisik dari pelatih lebih ringan dan jatah makannya ada tambahan es buah saat buka puasa dan dia cukup senang.
Satu kata yang selalu saya ingat saat ngobrol denganYudha pada saat Pesiar ketika itu saya menangis karena melihat Yudha kelihatan kelelahan tetapi Yudha selalu berkata “Bahkan daun yang jatuh saja ada takdirnya apalagi manusia, sudah diatur allah takdirnya.”
Tiga tahun berjalan pada semester terakhir Yudha sudah mengikuti tes-tes masuk sekolah kedinasan dan kuliah yang diprioritaskan di SMA Tarunan Nusantara dengan para pengetes yang datang ke SMA Taruna Nusantara. Ada tiga pilihan yang Yudha Ambil yaitu:
1. Akpol
2. Akmil
3. IT di Jerman
Pilihan nomor 2 dan 3 masuk tetapi Yudha ambil pilihan akmil. Alhamdulillah lulus terpilih memenuhi syarat kuaota SMA Taruna Nusantara. Masuk Akmil tahun 2018 dan sekarang sudah tingkat IV.
Hari demi hari dia lalui. Luar biasa berat secara fisik dan mental. Ada beberapa teman angkatan yang tidak kuat dan gagal mengikuti Pendidika. Dengan berbekal nasehat, saya selalu ingatkan untuk kuat. Dan alhamdulillah dengan kekuatan iman dan agamanya lah yang sangat membantu untuk Yudha kuat. Lagi-lagi bekal agama dari SD Al Firdaus sangat melekat di hatinya.
Alhamdulillah sekarang sudah memasuki semester akhir. Tinggal penyelesaian PARA yaitu terjun Payung di Cipatat Bandung dan penyelesaian skripsi. Setelah itu persiapan pelantikan yang insya allah Pelantikan menjadi Letnan dua pada bulan Juli 2022 oleh Presiden RI di Istana Jakarta. Aamiin.
Demikian cerita kebanggaan kami menyekolahkan anak kami di SD Al Firdaus yang mengawalinya untuk meraih Bintang. Insya allah menjadi pemimpin amanah, bijak dan tetap rendah hati. “JENDERALKU BERAWAL DARI AL FIRDAUS”