Masih Belum Cukup

(Neni Rohaeni, S.Pd.: Pendidik Al Firdaus)
Yaa disini. Akhirnya kaki akan melangkah kemana takdir akan membawanya. The first, barakallah fii umrik untuk Al Firdausku tercinta. Kamu sekarang ibarat kekasihku, yang selalu tidak bisa dinomor duakan. Entah sampai kapan kamu akan selalu jadi kekasihku, yang selalu aku sebut dalam doa dan menjadi rumahku yang kedua. Sampai sekarang entah apa yang bisa membuat diriku bertahan dan terus berkarya disini. Entahlah, aku sendiri tak mau punya jawaban akan hal itu. Sepuluh tahun sudah hari-hari ini aku habiskan untuk berkarya bercanda bersama kamu Al Firdaus.
Dibalik ada canda sudah pasti akan ada duka, mereka sepasang kehidupan yang tidak bisa terpisahkan. Awal pengalaman yang luar biasa menjadi shadow teacher di Al Firdaus adalah cerita perjalanan yang tidak akan pernah terlupakan, karena disaat itulah kita benar-benar tahu akan cerita kehidupan seseorang yang kadang tak pernah dilihat bahkan tak perduli, bagaimana mereka melalui kehidupan mereka, bagaimana mereka berjuang menjalani hari-hari mereka setiap harinya. Menjadi shadow teacher tidak pernah ada dalam kamus hidupku, bahkan tak pernah terbersit akan mandampingi anak-anak yang luar biasa dengan kelebihan mereka masing-masing.
Dengan keunikan dan kelebihan masing-masing yang dimiliki setiap anak, justru dari situlah aku belajar bahkan banyak belajar. Secara langsung tidak ada background pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Tapi setahu saya manusia adalah sebaik-baiknya makhluk yang paling bisa beradaptasi, dari situlah belajar otodidak pun dimulai, tapi belajar dari teori-teori yang ada akan lebih mudah saat kita langsung terjun di lapangan. Tak masalah teori itu juga yang akan membantu jika kita mengalami kesulitan serta kebingungan saat terjadi permasalahan yang ada. Hari demi hari pun dimulai, dengan bertemu banyak anak yang berbeda kasus di setiap tahunnya, bertemu dengan orang tua keluarga yang berbeda di setiap tahunnya, banyak belajar banyak pengalaman semakin pintarlah saya, ah nggak juga sih. Dan pengalaman terbaik saya ketika menjadi shadow teacher adalah mendampingi anak yang sangat luar biasa istimewa, anak yang punya kelebihan unik sekali.
Dua tahun aku temani dia belajar, aku temani dia bercanda bahkan kadang ada duka di antara kita, duka terdalam karena anak itu harus kehilangan ayahnya, bukan hal yang mudah dan ini sangat sulit. Dia anak pertama dari dua bersaudara, yang jelas bagaimana jika seorang anak kehilangan ayahnya dia akan menjadi tulang punggung keluarga. Bagaimana kehidupan selanjutnya? Hanya itu yang ada dibenak pikiran saya.
Tahun terus berganti, masih bersama mendampingi anak-anak yang luar biasa. Sebenarnya dari menjadi shadow teacher ini Allah sedang memberikan pembelajaran yang begitu hebatnya. Bagaimana menjadi orang tua yang diberikan keturunan dengan kelebihan yang dimiliki setiap anak, jadi orang tua yang tetap ingat kepada Allah bahwa segala yang terjadi adalah atas ijin Nya.
Banyak cerita, banyak latar belakang akan terjadinya sesuatu. Tapi disini sebagai shadow teacher selain kita membersamai anak-anak belajar kita juga harus bisa membersamai bahkan menguatkan orang tua yang tatkala masih belum bisa menerima kenyataan, butuh waktu untuk paham untuk menerima bahkan sampai taraf ikhlas akan hal ini.
Bagaimana kita sebagai shadow teacher bisa melakukannya, sedangkan kita sendiri tidak mengalaminya. Berat sekali, ya sudah jelas itu. Tapi kita sebagai manusia yang punya hati, kita pasti bisa. Dengan apa? Yaa dengan hati yang kita punya. Dengan menjadi shadow teacher butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa hadir dari hati kita, tidak hanya hadir secara fisik semata, saat kita mampu hadir dengan membawa hati semua akan mudah. Percayalah! Saat kita menghadirkan hati kita pada mereka, pada anak-anak, orang tua bahkan keluarga anak yang kita dampingi, semua akan terasa lebih nyaman dan mudah. Dibalik semua kegiatan sebagai shadow teacher, tak luput tentunya dengan doa yang selalu teriring untuk anak-anak yang sudah membuat kita banyak belajar.
Berawal dari hati, tahun berikutnya dan selanjutnya di Al Firdaus, saya diminta sekolah untuk membantu dibagian administrasi perpustakaan. Oh My God, apalagi ini. Kembali ke background saya yang tidak ada punya ilmu di perpustakaan sama sekali. Baiklah, dari sini saya akan belajar lagi dan lagi. Selama itu sesuatu yang bersifat duniawi tak ada manusia yang tidak bisa mempelajarinya, termasuk mencintaimu juga adalah hal mudah buat ku (hahaha bercanda).
Dari sini, saya masih diberikan amanah dari sekolah sebagai HELPER. What? Apalagi ini. Dan saat ini aku mulai banyak belajar lagi karena selain di perpustakaan saya juga harus bisa menggantikan Home Room Teacher jika ada yang terkendala tidak bisa hadir di kelas.
Perjalanan dan pengalaman baru akan dimulai lagi, dengan istilah-istilah yang ada di perpustakaan pun akhirnya saya mulai terbiasa dan bisa mengerjakan sedikit demi sedikit apa yang bisa saya lakukan. Akan tetapi tetap ada ilmu perpustakaan yang memang harus dipelajari dalam jangka waktu yang lama dan tidak bisa otodidak, baiklah sampai sini paham apa saja yang harus saya lakukan. Di samping kegiatan di perpustakaan tak henti-hentinya saya juga harus menggantikan guru kelas yang berhalangan hadir di kelas. Dan ini sesuatu sekali, sebenarnya mengajar di kelas adalah bukan hal yang sulit bagiku, tetapi yang perlu dipelajari adalah saat di mana kita harus bisa beradapatasi dengan kelas yang kita ajar bahkan dengan tim pengajar dimana pada tiap grade memiliki karakter yang berbeda-beda.
Nah dari situlah saya harus belajar hal baru lagi, merancang sebuah pembelajaran bersama kawan-kawan. Dan benar-benar dari awal, bingungnya lagi saya harus bisa belajar dengan cepat di mana saya tidak pernah paham unit letter, planner bahkan toddle yang saya tidak pernah mengikuti pelatihannya sama sekali. But no problem, selama hal duniawi mari kita kerjakan sampai tuntas, kita sebagai makhluk yang diberikan akal oleh Allah tentunya itu adalah hal yang tidak mungkin. Is’t Right
Semua pengalaman adalah berharga, semua pengalaman adalah berarti bagi yang mengalaminya. Saat berusaha tetap berdiri tegak dengan tersenyum dibalik itu semua tetap ada duka yang menyelip saat ada sebuah komunikasi yang tidak kita kehendaki baik dengan oran gtua murid ataupun dengan teman dikantor, itu memang harus ada dan harus dilewati agar kita bisa jadi manusia kuat, jadi pendidik sejati.
Dan yang benar adalah bukan anak- anak yang sedang belajar, justru dari anak-anaklah kita banyak belajar. Anak-anak lah yang mendewasakan kita dengan segala keragaman karakter yang mereka miliki dari sini lah kita menjadi manusia yang lebih mengerti lebih dewasa dan bijak dalam segala hal. Terimakasih Al Firdaus yang telah memberikan pengalaman yang luarbiasa tiada hentinya kepada saya, pengalaman ini bagi saya masih belum cukup. I love you Al Firdaus.
